Bakso
Nuklir
Dikala
hujan meneteskan air dari langit, dikala suhu ruangan yang mulai naik
bersebelahan dengan sebuah selimut,disaat itulah Aku mulai malas untuk
beraktifitas. Semakin lama semakin dingin namun perut berkata lain tuk
membutuhkan sesuap nasi. Ntah mengapa hari ini adalah hari yang sangat tepat untuk
rebahan pada hari minggu yang hujan ini. Kucoba tuk menengok jendela rumah dan
terlihat sebuah bakso yang bertuliskan “bakso nuklir”. Akupun terkejut dan langsung keluar rumah untuk membelinya walau
dalam keadaan hujan badai yang menghantam.
“Baksoo
pak , baksooo !” teriakku sambil menuju rombong bakso yang bertuliskan Bakso
Nuklir. “Pak apakah bakso ini terbuat dari bahan nuklir ? tanyaku sambil
tertawa. “ Massnya jomblo yaa kok pertanyaannya tidak masuk akal seperti isi hatinyaa ? jawab Bapak tukang bakso itu.
Hatikupun merasa membeku dan membatu seperti dinginnya air hujan yang turun. “
Bapak ini omongannya kayak nuklir saja yaa apa karena itu dinamakan bakso
nuklir ? sahutku dengan senyum yang lebar. Setelah membeli bakso nuklir dari
Beliau Akupun mulai mencicipi dan menikmati bakso yang hangat nan menggoda.
Beberapa menit kemudian Aku mulai kepedesaan karena banyaknya sabal yang sudah
kutuangkan kedalam bakso “ Wahhh baksonya enak tapi pedes sekali seperti
bapaknya”. Aku pun mulai tertarik pada pandangan pertama terhadap Bakso Nuklir
tersebut dan setiap harinya hati rasanya ingin memakan Bakso Nuklir.
Hari
demi hari telah berlalu dan Aku selalu menengok jendela rumahku tuk mencari
keberadaan Bakso Nuklir, lantas setiap harinyaa Aku tidak melihat keberadaannya
di muka bumi ini. Ternyata oh ternyata bakso nuklir tersebut memang hanya
berjualan dihari minggu saja. Akupun sudah menunggu bakso itu “ Pak , Baksooo
Nuklir satuu Rp.10.000 sekalian sama senjata api ditambah ama rostingan pedes
gak pake caos !” teriakku dari dalam rumah sambil berlari mananti akan
kehadiran bakso nuklir.” Masih sendiri Mass ? Tanya bapak bakso kepadaku.
Akupun hanya tersenyum dan langsung mengambil bakso dan membayarnya. Sama
seperti bhiasa rasa baksonya sangatlah mantap ditambah dengan bumbu bumbu
celaan yang sangat mantap untuk dicerna oleh tubuh dan hati yang rapuh.
Dengan
adanya pertemuan yang singkat antara Aku dengan bakso nuklir hari - hariku kini
semakin indah dan berwanarna , meskipun
hariku mulai berwarna namun masih ada kata kata yang membuat ku ingin
menangis oleh karena itu aku mengajak teman - teman kerumahku karena adanya tugas
dari sekolah . Teman temanpun sudah berdatangan kerumahku pada hari minggu
bertepatan dengan detik detik munculnya bakso
nuklir. Akupun mengajak salah satu teman cewekku yang bernama Nisa untuk
membantu membawakan bakso nuklir padahal aslinya ingin mencoba cool dan pamer
kepada Bapak pemilik bakso nuklir.” Udahh punya pasangan yaa sekarang ? kemaren
itu beli bakso ama cewk lain mas , siapa yang kemarin ? Tanya Bapak Bakso
Nuklir.” Akupun hanya tersenyum lebar saja, dalam hati akupunberkata aseemm nih
bapak kalo g ada cewek dikatain eh malah bawa cewek dipanasin biar putus.
Meskipun
Bapak penjual bakso nuklir itu sering berkata yang menjengkelkan namun hal itu
tidak menurunkan rasa respect dan hormat kepada beliau yang giat semangat dalam
menjual bakso nuklir. Setelah sekian lama aku tidak pernah melihat bakso nuklir
itu berjualan di depan rumahku, Aku sangat rindu akan cita rasa dari bakso
nuklir tersebut. Setelah beberapa bulan Aku baru mendengar berita duka
bahwasannya Bapak penjual bakso nuklir itu sudah meninggal dunia, Akupun
terkaget mendengar berita tersebut. Aku yang masih bau kencur dan tidak faham
tentang kerasnya dunia ini terharu akan perjuangan bapak penjual bakso tersebut
yang kabarnya Ia meninggal karena kecelakaan dan meninggalkan keluarganya.
Karena keterobsesianku terhadap bakso nuklir maka Aku mencoba berusaha keras
walau dalam usia muda untuk membuat bakso yang rasanya seperti bakso nuklir.
Hari
demi hari kulakukan eksperimen di dapur rumahku dengan membeli bahan
menggunakan uang tabunganku. Gagal selalu menyertai eksperimen pembuatan baksoku namun itu tidak
membuatku menyerah dan pantang mundur.Setelah ribuan kali mencoba membuat bakso
tetap gagal akhirnya satu produk bakso
yang berhasil meskipun tidak
seenak bakso nuklir yang aku idamkan. Setelah Aku berhasil membuat bakso
sendiri Aku mencobanya menjual bakso ke sekolah, awalnya masih banyak bakso
yang tidak habis terjual tapi akhirnya Aku bisa menjual habis baksoku di
sekolahku dan Akupun sangat bangga.
Dengan keberhasilanku dalam membuat bakso
Akupun menemui orang tuaku “ Ibuuuu Aku berhasil membuat bakso dan berhasil
menjualnya habis disekolah” kataku sambil riang gembira. Ibukupun mengapresiasi
kerja kerasku dan menawarkan untuk ,membukakan warung kecil didepan rumahku dan
ibuku yang akan menjual baksonya dirumah selagi Aku belajar disekolah. Akupun
menerima tantangan dan kesempatan yang ibuku berikan karena kesempatan itu
tidak datang untuk yang kedua kalinya.
Warungpun
dibuka untuk pertama kalinya dan alhamdulilahh banyak peminatnya. Dengan sering
habisnya bakso dirumahku aku bermimpi untuk membuat cabang bakso di berbagai
daerah,namun sebelum itu Aku bingung memiirkan nama untuk usaha bakso yang
tidak sengaja baru kurintis. Satu nama yang kukagumi adalah bakso nuklir
alhasil Aku menamainya bakso nuklir untuk yang pertama kalinya setelah wafatnya
bapak asli penjual bakso nuklir. Bakso nuklir versikupun tercipta namun semakin
lama pembelajaran disekolahku sangatlah padat akupun juga kesulitan dalam
menyiapkan dan membuat bakso nuklir. Akupun berinisiatif untuk menyerahkan
tugas ini kepada ibu namun ibu menolak dan akhirnya Aku mencari karyawan untuk
membantu mengelola bisnis bakso kecilku,
Baksokupun
berkembang secara pesat dan Akupun juga segera lulus sekolah,namun Aku teringat
salah satu kata Bapak penjual bakso nuklir dulu yaitu “masihh joblo mass”.
Dengan berbekal kata kata itu dan bisnis bakso yang berkembang Akupun berusaha untuk merubah penampilanku agar
goodlooking dan disenangi banyak orang.Alhasil banyak uang yang kukeluarkan
untuk perawatam kulit,kuku,rambut dan sebagainya. Setelah bermodal dan godlooking Akupun memberanikan
diri untuk menyatakan perasaanku kepada seorang cewek disekolahku dan akhirnya
Aku diterima.
Meski
diterima oleh seorang wanita namun itu tak membuatku bahagia malahan banyak
sekali permasalahan yang mucul hasilnya Aku menyalahkan segalanya dan mempunyai sterotip bahwa “Cewek itu semua sama saja !” . Akupun entahh mengapa
tidak tau arah dan akhirnya mengganti nam bakso nuklir menjadi bakso granat
karena hatiku yang hancur remuk seperti dilempar granat bertubi tubi. Namun ada
hal yang membuatku bangkit lagi yakni mengenang kembali Bapak penjual bakso
granat yang berjuang untuk menjual baksonya dengan penuh semangat. Meski bakso
sudah berganti nama menjadi bakso granat karena fikiranku yang kacau dan agar
tidak terkena copyrights semangat dan ambisiku tetap seperti bakso nuklir
Tamat